Skip to main content
Artikel

MERUBAH PERILAKU: MEMBUJUK TANPA MEMAKSA

Dibaca: 31 Oleh 01 Mei 2024Mei 2nd, 2024Tidak ada komentar
berita dan artikel 1
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

MERUBAH PERILAKU: MEMBUJUK TANPA MEMAKSA

MERUBAH PERILAKU: MEMBUJUK TANPA MEMAKSA

Oleh: Efrar Khalid Hanas, S.Psi

Penyuluh Narkoba Ahli Muda BNNK Pidie

 

Ada sebuah cerita dari timur yang mengisahkan percekcokan antara Matahari dan  Angin. Mereka selalu merasa dirinya yang paling berpengaruh terhadap makhluk ciptaan lainnya. Ibarat perang dingin antara dua kekuatan yang tidak kunjung henti, demikianlah mereka setiap hari selalu rebut dan saling menonjolkan diri. Melihat keadaan yang semakin tidak kondusif, datanglah Bulan yang mencoba menyelesaikan permasalahan mereka. Karena masing-masing ingin menang, maka dibuatlah pertandingan antara Matahari dan Angin dengan taruhan barang siapa bisa memengaruhi seorang musafir di bawah sana untuk membuka baju, dialah yang menang. Selanjutnya, yang kalah harus menjauh dari daerah tersebut.

Pada saatnya bertanding, setelah diundi maka yang mendapat giliran pertama adalah Angin. Seorang musafir sedang berteduh di dekat sebuah oase, maka mulailah Angin beraksi untuk berusaha memengaruhi sang musafir agar membuka bajunya. Ketika dia bertiup, sang musafir mulai menyilangkan tangannya. Semakin keras dia bertiup, semakin keras pula sang musafir merapatkan pakaiannya. Akhirnya dengan kesal Angin meniupkan badai, tetapi justru sebaliknya sang musafir semakin membungkuk dan menarik selimut dari untanya dan semakin berlindung di balik pakaian dan selimutnya. Angin gagal memengaruhi sang musafir membuka bajunya. Kini giliran Matahari. Perlahan-lahan sang Matahari sambil tersenyum mulai meningkatkan intensitas sinarnya dan Bumi terasa makin hangat. Sang musafir tampak mulai mengipas ngipas badannya. Semakin panas, semakin gerah yang dirasakan sang musafir dan dia pun mulai membuka bajunya satu demi Satu. Matanya melirik sebuah telaga untuk berendarm. Tak lama kemudian, seiring dengan teriknya matahari, sang musafir akhirnya membuka seluruh pakaiannya hingga tinggal pakaian dalam saja, dan menceburkan diri ke dalam telaga tersebut untuk mencari kesejukan. Dengan tersenyum sang Matahari berkata kepada Angin, “Diperlukan teknik membujuk untuk memengaruhi orang lain, bukan dengan paksaan!”.

Terkadang kritik, ancaman, bahkan intimidasi bukan membuat seseorang mudah berubah. Justru malah sebaliknya, hati yang menggelora untuk melakukan sesuatu berubah menjadi dingin dan membatu yang itu berujung pada kemandekan untuk menyelesaikan sesuatu (stagnan). Di pihak lain, bujukan persuasif, yang disertai dengan kata-kata pujian yang memotivasi akan membuka kesadaran seseorang untuk melakukan lebih daripada yang diminta. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa akibat tekanan yang datangnya dari luar, misalnya dari pemimpin yang di atasnya lagi, seseorang akhirnya melakukan pemaksaan yang disertai ancaman kepada orang lain agar dia mau melakukan sesuatu. Hal demikian merupakan cara-cara yang sudah tidak lazim lagi untuk menggenjot prestasi seseorang. Cara-cara demikian justru dapat menjadi benih munculnya pelecehan (abuse) dan kekerasan (harrasment) dalam hubungan antarmanusia, baik di rumah, perusahaan, maupun masyarakat.

Orang-orang mungkin meragukan apa yang kita katakan, tetapi mereka akan memercayai apa yang kita lakukan. Mungkin cara yang paling tepat untuk memengaruhi orang lain adalah dengan menunjukkan perbuatan yang proporsional dari pada hanya sekedar berbicara, apalagi hingga terlalu banyak bicara. Terlalu banyak bicara, akan menurunkan kemampuan Seseorang untuk memengaruhi orang lain. Silent is Gold (Diam adalah emas), demikian pepatah Jerman mengatakan. Memengaruhi orang lain tidak selalu dengan kata-kata. Posisi yang tepat untuk memengaruhi orang lain bukan dengan berdiri “di luar” orang tersebut, melainkan kita harus,masuk “ke dalam” orang tersebut, kemudian memengaruhinya. Orang akan sulit menerima perubahan dari dari orang lain, jika orang tersebut masih berada di luar orang yang akan dipengaruhi. Setiap orang memiliki “zona” sendiri yang sangat pribadi, yang tidak begitu mudah dapat dimasuki oleh orang lain. Begitu pun kita sebagai agen perubahan masyarakat dalam mengajak untuk melakukan perubahan, tentu harus menyelami bagaimana kultur dan karakteristik masyarakat sasaran (kearifan local). Disamping kita juga menunjukkan tindakan proporsional kita yang selaras dengan nilai-nilai luhur kebenaran.

llustrasi sederhananya, jika telinga kita kemasukan air, tidak mungkin langsung memiringkan kepala untuk memaksa air tersebut keluar dari telinga. Cara yang efektif ternyata dengan memasukkan terlebih dahulu air ke dalam telinga tersebut dan bersama-sama “mengajak” air yang sudah terlebih dahulu berada di dalam untuk keluar. Demikian pula upaya untuk membujuk orang lain, lebih efektif jika terlebih dahulu masuk ke dalam orang tersebut dan berusaha memahami, mengerti kondisi psikologis dan karakternya, baru perlahan-lahan membujuknya melakukan sesuatu. Orang akan rela melakukan sesuatu yang diminta dengan senang, jika dia merasa sudah dimengerti terlebih dahulu.

Apapun alasan yang melatar belakanginya ketika seseorang ingin menyampaikan idenya kepada orang lain, setidaknya mereka memiliki pemahaman dan pengertian yang sama untuk ide tersebut, dan jangan lupa penilaian masyarakat hari ini yang sangat kritis terhadap para aparatur Negara menjadi citra yang sangat berpengaruh terhadapat pemahaman dan pengertian masyarakat itu sendiri. Karena upaya untuk memengaruhi orang lain merupakan upaya untuk mengubah orang tersebut juga, baik menyangkut paradigma maupun tingkah lakunya.

#indonesiabersinar

#acehbersinar

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel